Pendidikan atau Makan? Apa Bedanya Pilih Jaring Atau Ikan!

Pernahkah kita mendengar istilah seperti judul di atas?
Pada realitas yang kita jalani, acap kali kita menjumpai istilah tersebut. Manakala saling bantu antar sesama, pilihan tersebut kerap menuai kritikan. Ketika orang disekitar kita mengalami kesulitan dalam kehidupan, tolong menolong tentu hal yang baik dilakukan. Namun jangan salah, memberikan bantuan pun harus penuh dengan perhitungan yang baik demi kelangsungan mereka di masa mendatang.
Lalu seberapa tepatkah bantuan tersebut sesuai dengan kebutuhannya?
Seberapa besar bantuan yang kita beri, jika itu tidak tepat sasaran maka akan kurang efektif rasanya. Pertanyaannya penting manakah makan siang gratis dengan biaya pendidikan gratis? Keduanya tentu sangatlah penting, makan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia untuk hidup, lalu pendidikan juga dapat memberikan penghidupan bagi manusia. Jika kita kembali pada sejarah, wilayah Indonesia memiliki ragam pangan lokal yang kaya akan sumber nutrisi dan gizi. Khususnya di wilayah pedalaman, pangan bukanlah suatu kebutuhan yang sulit, sebab mereka mayoritas bertani bahkan pangan bukan suatu kebutuhan yang sulit diakses. Misalnya di Baduy, mereka memiliki Leuit yang mampu menyimpan cadangan makanan mereka hingga waktu yang tidak sebentar dan ini menjadi simbol ketahanan pangan. Lalu Mentawai yang kuat akan identitas sagunya, sayangnya mereka mengalami gastrokolonialisme atau penjajahan pangan melalui penyeragaman pangan. Begitu juga dengan wilayah Papua, makanan pokok asli mereka adalah sagu dan ubi jalar. Jika ini merupakan program yang merata hingga luar Jawa, maka pertimbangannya adalah “apakah makanan yang diberikan sudah menyesuaikan dengan kebutuhan mereka di setiap wilayah?”
Sebab, jangan-jangan ini hanya menjadi pelaksanaan dibalik ambisi pribadi kita dengan memaksakan yang bukan menjadi kebutuhan dan bahkan sebaliknya justru merugikan masyarakat.
Mari kita lihat kembali realitas saat ini. Seberapa sulit kita dihadapkan dengan kesempatan mendapatkan pekerjaan? seberapa sulit kita dihadapkan dengan persaingan keahlian pasca menjalani pendidikan tinggi?
Lalu pertanyaannya, apakah yang kita butuhkan di balik tujuan kita bekerja tersebut? salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Ini (makan) akan berlalu (tergantung ketersediaan dana & periode jabatan) namun tidak dengan pendidikan sebab ini adalah investasi jangka panjang. Ilmu yang didapat akan membimbing manusia pada jalan di mana mereka memiliki cara untuk memenuhi kebutuhannya termasuk makan. Bagaikan kail atau jaring yang mereka tebar untuk mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya. Hendaknya kita perlu serius dalam melihat urgensinya dan mengadopsi program-program berkualitas dari berbagai negara. Bagaimana Jepang mengedepankan pendidikan yang berkualitas untuk kemajuan sumber daya manusianya, selain itu Finlandia, Kanada, Korea Selatan, Hongkong, Belanda, dan Singapura. Negara tersebut tahu apa yang lebih dibutuhkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Sudah saatnya keluar dari tempurung yang membatasi implementasi berbasis kepentingan masyarakat yang termarjinalkan. Sudah banyak figur dalam dunia pendidikan di negeri kita yang mendunia. Artinya, bukan alasan bahwa kita belum mampu seperti negara lainnya.
Maka pertanyaan selanjutnya adalah apakah sistem yang kita anut sudah baik? siapa pembuat keputusan pada rancangan sistem tersebut? bagaimana kualitas pengambil keputusanya?
Pertanyaan-pertanyaan ini selalu menjadi tanda tanya dalam situasi seperti hari ini. Sebab betul, kita tidak kekurangan orang pintar, namun kekurangan orang jujur.
Penulis ~ Rezha
Ref:
https://www.masterplandesa.com/desa-adat/leuit-rumah-padi-sebagai-simbol-ketahanan-pangan-suku-baduy/
https://estungkara.id/hilangnya-kemandirian-pangan-di-masyarakat-adat-mentawai/
https://koransulindo.com/panganan-pokok-masyarakat-papua-dan-alih-fungsi-lahan/
https://radarbanyumas.disway.id/read/91080/faktor-faktor-yang-membuat-jepang-jadi-negara-dengan-pendidikan-terbaik-di-dunia
https://campusnet.news/negara-negara-dengan-sistem-pendidikan-terbaik-di-dunia/